Kebutuhan akan internet cepat dan terjangkau kini menjadi hak dasar di era digital. Menjawab kebutuhan ini, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah meluncurkan program baru yang dibangun di atas lelang frekuensi 1,4 GHz untuk menghadirkan koneksi super cepat dengan harga sangat murah. Namun, di balik penawaran yang menggiurkan ini, ada beberapa fakta penting yang perlu Anda ketahui.
Harga yang Mengejutkan: Benarkah 100 Mbps Hanya Rp100.000 per Bulan?
Ya, penawaran ini nyata. PT Telemedia Komunikasi Pratama (WIFI), salah satu pemenang lelang, telah mengumumkan rencana untuk menyediakan layanan internet 100 Mbps dengan tarif hanya Rp100.000 per bulan. Paket ini secara spesifik menargetkan segmen masyarakat berpenghasilan rendah dengan potensi pasar sekitar 4-5 juta rumah tangga. WIFI menargetkan soft launch pada akhir tahun 2025, dengan peluncuran komersial di kuartal pertama tahun berikutnya. Lebih menarik lagi, penawaran ini sudah termasuk fasilitas sewa perangkat dan instalasi gratis.
Hal ini ditegaskan oleh Direktur Utama WIFI, Yune Marketatmo:
"Ini enggak pakai pulsa, enggak pakai kuota. Bayar Rp 100 ribu sebulan, sepuasnya. Tidak ada biaya awal atau instalasi,"
Ini Bukan "WiFi Rumahan" Biasa
Penting untuk memahami perbedaan teknis dari layanan ini. Ini bukanlah layanan WiFi seluler seperti yang mungkin Anda bayangkan, melainkan skema fixed broadband. Sinyal dari Base Transceiver Station (BTS) akan diterima langsung oleh router di dalam rumah, yang kemudian menyalurkan koneksi ke perangkat seperti PC. Tujuannya adalah untuk aktivitas fixed broadband yang stabil, bukan untuk dibagikan kembali sebagai sinyal seluler. Artinya, koneksi ini didesain untuk menjadi sambungan internet yang stabil dan berdedikasi untuk rumah Anda, tidak seperti sinyal seluler yang kekuatannya bisa berubah-ubah saat Anda bergerak.
Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni, menjelaskan perbedaan teknisnya:
"Dan ingat, 1,4 yang kami lelang ini tujuannya untuk fixed broadband. Tidak ada untuk WiFi di rumah yang seperti WiFi di rumah ya. Ini benar-benar dari BTS masuk ke router dalam, kemudian router masuk ke PC,"
Pemerintah Tidak Mematok Harga, Tapi Mendorong Persaingan
Meskipun ini adalah program "internet murah", Komdigi tidak menetapkan harga akhir Rp100.000 tersebut. Mekanisme yang digunakan adalah lelang, di mana pemerintah meminta calon peserta untuk memberikan penawaran tarif terbaik yang bisa mereka berikan. Dengan kata lain, pemerintah tidak mengatur "tarif pasti", melainkan "formula tarif" untuk mendorong kompetisi. Pendekatan ini dimungkinkan karena pemerintah secara spesifik memilih frekuensi 1,4 GHz yang memungkinkan biaya investasi lebih murah (investasinya bisa dibuat murah) bagi para penyedia layanan. Logikanya, investasi yang lebih rendah akan mendorong tarif yang lebih terjangkau bagi konsumen akhir.
Ketersediaan Terbatas: Siapa Saja yang Bisa Menikmatinya?
Penawaran harga Rp100.000 ini tidak tersedia di seluruh Indonesia. Ketersediaannya bergantung pada pemenang lelang di setiap regional. Berikut adalah pembagian wilayahnya:
- PT Telemedia Komunikasi Pratama (WIFI): Memenangkan Regional 1 yang mencakup Jawa, Papua, dan Maluku. Perusahaan inilah yang telah mengumumkan harga Rp100.000 per bulan.
- PT Eka Mas Republik (MyRepublic): Memenangkan Regional 2 (Sumatra, Bali, Nusa Tenggara, Kep. Riau) dan Regional 3 (Kalimantan, Sulawesi). Hingga saat ini, MyRepublic belum mengumumkan harga atau tanggal peluncuran. Menurut perusahaan, wilayah ini dipilih karena memiliki kebutuhan konektivitas tinggi namun tingkat penetrasi internetnya masih terbatas. Layanan nirkabel baru ini dirancang untuk melengkapi jaringan fiber optik (FTTH) yang sudah mereka miliki, memperluas jangkauan layanan secara strategis.

Komentar0